Minggu, 10 Juni 2012

Askep Gagal Jantung


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF


PENGERTIAN
Gagal jantung atau (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah darah yang adekuat ke dalam sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (Whaley & Wong’s 1991. hal 1505). Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

PENYEBAB GAGAL JANTUNG
1. Penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut:
·         Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
·         Beban tekanan berlebihan - pembebanan sistolik (systolic overload)
·         Beban volume berlebihan - pembebanan diastolic (diastolic overload)
·         Peningkatan kebutuhan metabolik - peningkatan kebutuhan yang berlebihanan (demand overload)
2. Gangguan pengisian (hambatan input)

PENCETUS
Hipertensi, infark, emboli paru, infeksi, aritmia, anemia, febris, stress emosional, kehamilan/persalinan, pemberian infus/tranfusi.


PATOFISIOLOGI
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk  mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik  dan masalah keperawatan


 































Proses Terjadinya masalah keperawatan
·         Penurunan Cardiac Output (Curah jantung)
CHF terjadi akibat kerusakan otot miokard dimna ketidakmampuan jantung memompakam sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan tubuh.
·         Gangguan perfusi jaringan
CO yang menurun, hipoksia, asidosis, syok menyebabkan hipoperfusi jaringan.
·         Gangguan volume cairan
CO yang menurun menyebabkan GFR menurun, stimulasi angiotensin, aldosteron yang mengakibatkan retensi Na, ADH meningkat, dan air meningkat.
·         Gangguan/potensial pertukaran gas
Miokard gagal, LVEP meningkat, menyebabkan PCWP meningkat, akhirnya pertukaran gas terganggu.
·         Gangguan /potensial integritas kulit
Istirahat di tanpat tidur yang lama, edema, CO menurun, mengakibatkan gangguan sirkulasi kulit
·         Gangguan/potensial aktifitas
Menurunnya perfusi ke otat skletal mengakibatkan metabolisme anaerob akhirnya timbul kelemahan/lelah.
GEJALA GAGAL JANTUNG KIRI :
Keluhan berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau batuk berdarah, fungsi ginjal menurun.
GEJALA GAGAL JANTUNG KANAN:
Edema, anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung (T. Santoso, Gagal jantung 1989). Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti : hati, ginjal dan lain-lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN:
A. Radiologi:
·         Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
·         Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
·         Distensi vena paru
·         Hidrothorak
·         Pembesaran jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
B. EKG :
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi ventrikel, gangguan                  irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru)
C. Ekokardiografi : 
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung
D. Kateterisasi Jantung:
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP    ) 10 mmHg  atau Pulmonary arterial wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.

PENATALAKSANAAN
Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori :
1.      Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
2.      Menurunkan volume cairan yang berlebihan
3.      Mencegah terjadinya komplikasi Post Op.
4.      Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)
5.      Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan
ad. 1 Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik:
·         Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
·         Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
·         Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung
ad.2 Menurunkan volume cairan yang berlebihan
·         Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
·         Mencatat intake dan output
·         Menimbang berat badan
·         Restriksi garam/diet rendah garam
ad.3 Mencegah terjadinya komplikasi
·         Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
·         Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
·         Merubah posisi tidur
·         Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis
·         Memeriksa atau memonitor EKG
ad.4  Pengobatan pembadahan Komisurotomi
Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial.  Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum  timbul gagal jantung.
ad.5 Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian obat-obatan        serta      mencegah      kekambuhan
·         Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya
·         Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat
·         Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
·         Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin
·         Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala
·         Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/realitas akan dirinya baik
.
PENGKAJIAN DATA
1. Aktifitas dan istirahat
·         Adanya kelelahan/exhaustion, insomnia, letargi, kurang istirahat
·         Sakit dada, dispnea pada saat istirahat atau saat beraktivitas
2. Sirkulasi
·         Riwayat hipertensi, kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok, bengkak pada kaki, asites, takikardi
·         Disritmia, atrial fibrilasi, prematur ventricular contraction
·         Bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP
·         Adanya nyeri dada, sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
3. Status Mental :
·         Cemas, ketakutan, gelisah, marah, iritabel/peka
·         stress sehubungan dengan penyakitnya, sosial finansial
4. Eliminasi
·         Penurunan volume urine, urine yang pekat
·         Nocturia, diare dan konstipasi
5. Makanan dan cairan
·         Hilang nafsu makan, nausea, dan vomiting
·         Udem  di ekstremitas bawah, asites
6. Neurologi
·         Pusing , pingsan, kesakitan
·         Lethargi, bingung, disorientasi, iritabel
7. Rasa nyaman
·         Sakit dada, kronik/akut angina
8. Respirasi
·         Dispnoe pada waktu aktivitas, takipnoe
·         Tidur dan duduk, riwayat penyakit paru-paru
9. Rasa aman
·         Perubahan status mental
·         Gangguan pada kulit/dermatitis
10. Interaksi sosial
·         Aktifitas sosial  berkurang

PRIORITAS PERAWATAN
1.      Meningkatkan kontraktilitas miokard/ perfusi jaringan sistemik
2.      Menurunkan kelebihan volume cairan
3.      Mencegah komplikasi Post op.
4.      Memberikan informasi mengenai penjahit, prognosa , terapi dan pencegahan terhadap pengulangan penyakit

DIAGNOSA PERAWATAN YANG SERING TIMBUL :
1.      Penurunan cardiac output sehubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard , ditandai dengan : Peningkatan heart rate,perubahan tekanan darah,penurunan urine output,adanya S3 dan S4, chest pain .
2.      Keterbatasan melakukan aktifitas  sehubungan dengan adanya ketidak seimbangan  antara suplay dan demand oksigen, ditandai dengan : kelemahan, kelelahan, perubahan tanda-tanda vital , disritmia, dispnoe, diaporesis
3.      Gangguan keseimbangan cairan, lebih dari kebutuhan sehubungan dengan penurunan GFR, ditandai dengan : bunyi jantung 3, orthopnoe, oliguria, edema, perubahan Berat Badan, Hipertensi, respirasi distress, suara nafas abnormal
4.      Resiko tinggi kegagalan pertukaran gas sehubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli  karena adanya penumpukan cairan di rongga paru
5.      Resiko kerusakan integritas kulit sehubngan dengan oedema ,penurunan perfusi ke kulit
6.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, kondisi dan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan : pasien bertanya, pernyataan pasien yang salah.


Perencanaan :

PENURUNAN CARDIAC OUT PUT SEHUBUNGAN DENGAN MENURUNYA KONTRAKSI MYOCARD

Rencana Tindakkan
Rasionalisasi
·         Monitor tanda-tanda vital, yaitu : heart rate, tekanan darah
Takhikardia mungkin ada karna nyeri, kecemasan, hipoksemia, dan menurunnya Cardiac Output. Perubahan bisa juga terjadi dalam tekanan darah(hipertensi atau hipotensi) karena respons kardia.
·         Evaluasi status mental, catat perkembangan kekacauan, disorientasi
Menurunnya perfusi otak dapat mengakibatkan perubahan observasi/ pengenalan dalam sensori.
·         Catat warna kulit, adanya/ kuwalitas pulse
Sirkulasi periferal turun ketika Cardiac Output menurun, membuat/menjadikan warna pucat/abu-abu bagi kulit (tergantung dari derajat hipoksia) dan penurunan kekuatan dari denyut periferal.
·         Auskultasi suara pernapasan dan suara jantung. Dengarkan adanya murmur.
S3, S4, atau bising dapat terjadi dengan dekompensasi kordis atau beberapa pengobatan(terutama Betabloker). Berkembangnya murmur bisa menunjukkan adanya kelainan pada katub dengan rasa nyeri: stenosis aorta, mitral stenosis, atau ruptur otot papilari.
·         Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selam periode akut.
Menurunnya konsumsi/keseimbangan O2 mengurangi beban kerja otot jantung dan resiko dekompensasi.
·         Berikan waktu istirahat yang cukup/adekuat. Kaji dengan / bentuk aktifitas perawatan diri, jika diindikasikan.
Cadangan energi, menurunkan beban kerja otot jantung.
·         Ketegangan perlu dihindari terutama pada saat defekasi.
Serangan valsava menyebabkan stimulasi vagal, menurunkan heart rate(bradicardia) yang mungkin diikuti dengan takhikardi diantara meningkatnya cardiac output.
·         Anjurkan secara cepat melaporkan bila terjadi nyeri untuk pemberian obat sesuai yang diindikasikan.
Tindakan yang tepat waktu, dapat menurunkan konsumsi O2 dan beban kerja otot jantung dan bisa mencegah/ meminimalkan Cardiac Output.
·         Monitor dan catat efek atau reaksi dari pengobatan, catat tekanan darah, nadi dan iramanya (terutama waktu pemberian kombinasi Ca-antagonis, betha-blocker dan nitrat).
Efek yang diharapkan ada penurunan kebutuhan oksigen miokardium yang diakibatkan oleh penurunan tekanan ventrikel. Obat dengan inotropik negatif dapat menurunkan perfusi pada sebagaian besar miokardial iskhemik. Kombinasi nitrat dan betha-blocker memiliki efek kumulatif pada cardiac output.
·         Kaji tanda dan gejala CHF
Angina satu-satunya gejala yang mendasar penyakit yang menyebabkan iskhemia miokardial.
Penyakit mungkin dikompromisasikan oleh fungsi kardia yang mengalami kegagalan.

Kolaboratif
·         Catat O2 tambahan yang dibutuhkan
Penambahan oksigen yang sudah ada untuk diambil kembali untuk memperbaiki, mengurangi iskhemia dan asam laktat
·         Catat obat-obat yang diindikasikan



Betha-blockers, seperti atenolol (Tenormin), nadolol (Corgard), propranolol (Inderal), esmolal (Brebivbloc).
Meskipun berbeda dan cara reaksinya, Ca channel blocker berperan utama dalam mencegah dan mengakhiri iskhemia. yang disebabkan oleh spasme arteri koronaria dan dalam mengurangi resistensi vaskuler, demikian juga penurunan tekanan darah dan kerja jantung.
Obat ini untuk menurunkan kerja jantung dengan menurunkan nadi dan tekanan darah sistol. Catat: overdosis yang mengakibatkan dekompensasi jantung
·         Bisakan usakan dan persiapan untuk tes ketegangan dan kateterisasi jantung, ketika diindikasikan
Tes ketegangan memberikan informasi tentang kesehatan/ kekuatan dari ventrikel, yang sepenuhnya menentukan ketepatan tingkat aktifitas. Angiografi mungkin menunjukkan identifikasi area dari obstr5uksi/ kerusakan arteri koronaria yang membutuhkantindakan bedah.
·         Persiapkan untuk tindakan bedah PTCA, bila diindikasikan perbaikan katub, CABG
PTCA menjadi suatu prosedur yang dapat diterima pada 15 tahun terakhir ini. PTCA meningkatkan aliran darah jantung oleh tekanan lesi atheroma dan dilatasi dari lumen pembuluh darah dalam arteri koronaria yang tersumbat.
Prosedur ini mungkin ........
CABG diperkenankan ketika testing menunjukkan iskhemi miokardial yang diakibatkan oleh penyakit arteri koronaria sebelum kiri atau gejala dari penyakit trikuspidalis.
·         Siapkan perpindahan unut perawatan utama jika kondisi yang mengharuskan
Nyeri dada yang sangat atau lama dengan menurunnya Cardiac Output menunjukkan perkembangan komplikasi yang membutuhkan lebih intensif/ tindakan emergensi.




DAFTAR PUSTAKA :

Donna D, Marilyn. V, (1991), Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia

Doenges, Marylyn E (1993) ., Nursing Care Plans, Edisi III,

RS Jantung “Harapan Kita”,(1993)  Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Kumpulan bahan kuliah, Edisi ke tiga,Jakarta,
Soeparman,(1987)  Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

Senin, 04 Juni 2012

PROPOSAL TIMBANG TERIMA KEPERAWATN


PROPOSAL
                                                                             

TIMBANG TERIMA

PENDIDIKAN PRAKTIK PROFESI NERS (P3N)
 MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MELATI RSU PATRIA HUSADA BLITAR
TANGGAL ......2010




 















OLEH :
KELOMPOK....

1.        NAMA
NIM
2.        NAMA
NIM
3.        NAMA
NIM
4.        NAMA
NIM
5.        NAMA
NIM
6.         

7.         

8.         

9.         

10.     

   



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes PATRIA HUSADA
BLITAR
2010


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam pelaksanaannya. Langkah- langkah tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.  Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima klien.Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya karena timbang terima merupakan bagian penting dalam menginformasikan permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Unair akan melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary Nursing di ruang Melati RSU Patria Husada Blitar

1.2  Tujuan
1.2.1    Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan perawat bedah Dahlia mampu mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik, sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.
1.2.2    Tujuan Khusus
  1. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b.      Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan pada klien.
c.       Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
d.      Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

1.3  Manfaat
1.      Bagi Perawat
a.      Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b.      Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar  perawat.
c.      Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d.     Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2.      Bagi Klien
 Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3.      Bagi Rumah Sakit
 Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB 2
MATERI TIMBANG TERIMA

2.1  Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

2.2  Tujuan.
a.      Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b.      Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c.      Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.3  Langkah-langkah
a.      Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b.      Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan.
c.      Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya meliputi :
1)      Kondisi atau keadaan klien secara umum.
2)      Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
3)      Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
d.     Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
e.      Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.

2.4  Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a.      Persiapan
1)      Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2)      Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b.      Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
1)      Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
2)      Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3)      Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4)      Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a.       Identitas klien dan diagnosa medis.
b.       Masalah keperawatan yang masih ada.
c.       Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d.      Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e.       Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f.        Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
5)      Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
6)      Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
7)      Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8)      Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi data.
9)      Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer.



















BAB 3
KEGIATAN

3.1  Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal        :
Pukul                     :
Pelaksana              :
Topik                     :.
Tempat                  :
Sasaran                  :.

3.2  Pengorganisasian
Kepala Ruangan   :
PP1 (Pagi)             :
PA (Pagi)              :
PP2 (Sore)             :
PA (Sore)              :
     
3.3  Metode dan Media
Metode      :
-          Karu memimpin proses Timbang Terima
-          Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan  Perawat Primer sore.
-          Melaporkan status keadaan klien dari PP pagi ke PP sore.
-          Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
Media         :
-          Materi disampaikan secara lisan.
-          Dokumentasi klien (status).
-          Buku Timbang Terima









3.4  Alur Timbang Terima
















3.5  Instrumen
1.                                                                                                                                                                  Status klien
2.                                                                                                                                                                  Nursing kit.
3.                                                                                                                                                                  Catatan timbang terima

3.6  Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
TAHAP
KEGIATAN
WAKTU
TEMPAT
PELAKSANA
Pra Timbang Terima
1.      Kedua kelompok dinas sudah siap dan berkumpul di Nurse Station
2.      Karu mengecek kesiapan timbang terima tiap PP
3.      Kelompok yang akan bertugas menyiapkan catatan (Work Sheet), PP yang akan mengoperkan, menyiapkan buku timbang terima & nursing kit
4.      Kepala ruangan membuka acara timbang terima dilanjutkan dengan doa.
10 menit

Nurse Station
Karu
PP
PA












Pelaksanaan Timbang Terima
1.      PP dinas pagi melakukan timbang terima kepada PP dinas sore. Hal-hal yang perlu disampaikan PP pada saat timbang terima :
a.      Identitas klien dan diagnosa medis termasuk hari rawat keberapa atau post op hari keberapa.
b.      Masalah keperawatan.
c.      Data yang mendukung.
d.     Tindakan keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan.
e.      Rencana umum yang perlu dilakukan: Pemeriksaan penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu.
2.      Karu membuka dan memberi salam kepada klien, PP pagi menjelaskan tentang klien, PP sore mengenalkan anggota timnya dan melakukan validasi data.
3.      Lama timbang terima setiap klien kurang lebih 5 menit, kecuali kondisi khusus yang memerlukan keterangan lebih rinci.
20 menit


















Nurse Station





















Disamping tempat tidur klien
Karu
PP
PA


Post timbang terima

1.      Klarifikasi hasil validasi data oleh PP sore.
2.      Penyampaian alat- alat kesehatan
3.      Laporan timbang terima ditandatangani oleh kedua PP dan mengetahui Karu (kalau pagi saja).
4.      Reward Karu terhadap perawat yang akan dan selesai bertugas.
5.      Penutup oleh karu.
5 menit

Nurse station



Karu
PP
PA

3.7   Evaluasi
-          Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi  ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
-          Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
-          Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik

3.8  Resume Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal          :
Jam                        :
Tempat                  :
Acara                    : Timbang Terima.
A.    Presensi
1.       Pembimbing dari pendidikan sebanyak 1 orang.
2.       Supervisor sebanyak 1 orang.
3.       Pembimbing  Ruangan Melati sebanyak 1 orang
4.       Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar sebanayak.....
B.    Hasil Evaluasi
1.       Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan 5 hari sebelum acara dimulai. Acara sesuai dengan jadwal gannt chart yang telah dibuat.








2.       Evaluasi proses
No
Waktu
Kegiatan
1
13.05-13.30 WIB
Pelaksanaan timbang terima
2
13.30-14.00 WIB
Diskusi dan klarifikasi dari supevisor serta perawat ruangan:
Pembimbing 1
1.         Saat timbang terima hendaknya perawat memperhatikan keadan yang perlu dioperkan pada dinas sore, seperti produksi urin atau pesanan khusus untuk keluarga.
Pembimbing 2
1.       alur timbang terima sudah benar
2.       setting tempat duduk PP dan PA hendaknya dapat lebih berdekatan agar PP dan PA lebih mudah berkolaborasi
3.       pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse stasion atau saat di pasien
Pembimbing 3
  1. pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan
  2. jika pasien tidur jangan dibangunkan dan selalu sapa keluarga pasien.
  3. karu bertugas memimpin timbang terima dan PP bertugas menjelaskan data

3.      Evaluasi hasil
a.       Kegiatan dihadiri 1 pembimbing ruangan, 1 pembimbing pendidikan dan 2 supervisor.
b.      Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya.
c.       Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.














BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
Pelaksanaan timbang terima pada hari ...........terhadap seluruh klien kelolaan di ruang bedah ,...... sebanyak 8 klien. Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan dan semua personal dapat melaksanakan kegiatan sesuai peran masing-masing.

4.2    Saran
  1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse stasion atau saat di pasien
  2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan









DAFTAR  PUSTAKA

Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta.

Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.

PSIK, (2003). Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners. Surabaya.

…………….. (2003). Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Keperawatan : Disampaikan Pada Perkuliahan PSIK FK Unair (tidak dipublikasikan).